Wednesday, September 9, 2015

TARI TRADISIONAL PESISIR ( PART II )

TARI ADOK
Tari Adok
 
Sejarahnya
Tari Adok salah satu tarian khas Pesisir Tapanuli Tengahdan Kota Sibolga. Dahulunya tarian ini tarian yang diper­untukkan kepada Raja-raja, karena tarian ini berawal dari sebuah pertunjukan yang diadakan oleh Raja-raja, diakhir dari perlombaan adu ketangkasan oleh para jawara silat yang ada di daerah Pesisir Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga.
Diadakannya acara pertunjukan ini, untuk menghindari rasa ketidak senangan para jawara atas kekalahan dalam adu ketangkasan ini, sehingga Raja-raja menganggap perlu mengadakan suatu peragaan untuk mencari kesamaan dari ragam silat yang telah diperlombakan.
Dari hasil peragaan ini, terciptalah sebuah tarian yang bernama tari Adok (berhadapan). Mengapa dinamakan tari adok karena posisi penari saling berhadapan, sehingga sampai sekarang tarian ini menjadi kebudayaan Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.
Tari Adok atau disebut juga tari Adat ini, selalu dipertunjukan pada saat pesta perhelatan pernikahan keluarga raja-raja atau keluarga bangsawan. Tari Adok ini adalah sebuah gambaran kehidupan
Asal mulanya tarian ini ditarikan oleh dua orang laki-laki, tetapi dengan perubahan waktu dan perkembangan zaman pada akhirnya tarian ini dapat ditarikan oleh sepasang muda mudi. Lebih sakral dari itu, tarian ini harus ditarikan dibawah tabir (langit-langit). Biasanya setiap awal dari pertunjukan tarian ini, selalu menghaturkan sembah kepada kedua pengantin seraya memohon maaf jika sekiranya nanti terdapat kesalahan-kesalahan sewaktu membawakan tarian ini.
Dilakukan hal seperti ini, karena yang sedang bersanding adalah keluarga terhormat. Tari Adok dalam upacara adat Sumando (malam barinai) ditarikan pada urutan yang ketiga dari tujuh susunan acara tarian. Hingga saat ini bermacam-macam tari terangkai di dalam upacara adat ini, yang tentu saja bentuk penyajian dan rangkaian dalam penyelenggaraan akan berbeda
Bentuk Tari Adok
Dari hasil penelitian dan pengamatan gerak, tari Adok dapat disesuaikan dengan kajian teori Soedarsono. Tari Adok dapat digolongkan kepada kelompok tari berpasangan. Gerak yang kami angkat kedalam tari tari Adok adalah gerak yang masih utuh/adat. Tetapi gerak itu pula dapat dipengaruhi dari lingkungan tempat.
Secara keseluruhan ragam gerak tari tersebut, dapat ditarikan pada malam sebelum upacara adat pernikahan berlangsung atau tepatnya pada saat malam barinai. dikelompokkan menjadi 4 ragam gerak tari yang dilakukan secara 2 (dua) kali berulang-ulang. Gerak tari Adok dapat diambil setiap motif, terdiri dari 4 (empat) gerak tari Adok dan dijelaskan makna ceritanya.
Ragam Mancabik
Dalam hitungan ketiga dan empat melakukan gerak mancabik kain dibali, hitungan lima ragam tangan bernama kipe puccuk, sedangkan ragam badan puyuh balik.
Makna gerak mancabik memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Pada hitungan keenam selendang diturunkan ke bawah, tangan ke depan menghormat para tolan (undangan) seperti ragam menghormat kedua pengantin. Hitungan tujuh dan delapan kembali memperagakan mancabik kain dibali. Pada hitungan satu dan dua masuk memperagakan kipe puccuk, dan ragam maeto dan puyuh balik sehingga posisi penari saling berhadapan.
Makna ragam kipe puccuk selalu memberikan yang terbaik kepada setiap orang.
Ragam Menghormat Tolan
Pada hitungan keenam selendang diturunkan ke bawah, tangan ke depan menghormat tolan (orang banyak) seperti ragam menghormat kedua pengantin. Hitungan tujuh dan delapan mancabik kain dibali. Hitungan satu dan dua kipe puccuk, maeto dan puyuh balik sehingga posisi penari saling berhadapan.
Kalau makna kipe puccuk adalah memberikan yang terbaik, sedangkan makna maeto adalah mengukur kemampuan kita untuk mengerjakan satu pekerjaan, jangan sampai terkesan serakah dan tamak. Sedangkan makna puyuh balik adalah sesudah selesai mengarjakan satu pekerjaan maka segeralah balik mengerjakan pekerjaan lainnya, kalau tidak ada pekerjaan yang lain, maka segeralah kembali ke rumah.
Ragam Menghormat Sesama Penari
Pada hitungan tiga dan empat saling menghormat dengan gaya mempertemukan tangan masing-masing (menghormat sesama penari). Maksud menghormat sesama penari adalah sebuah gambaran saling mengakui kelebihan dan saling menghargai atas kekurangan masing-masing. Hitungan lima dan enam posisi berdiri sambil mundur satu langkah ke belakang. Hitungan tujuh dan kedelapan mengambil posisi kuda-kuda.
Ragam Kuda-kuda   
Motif gerak kedua melakukan gerak kuda-kuda pada hitungan 1-4 sambil mengayunkan selendang pada hitungan 7-8. Hitungan 1 yang kedua melakukan gerak kipe puccuk.
Ragam Puyuh Balik
Melakukan gerak puyuh balik pada hitungan 1-4, pada hitungan 4-8 mengambil posisi berdiri.
Tata Rias dan Busana
Pada tari Adok, tatarias untuk penari Adok pada zaman dahulu sebenarnya tidak ada pengkhususannya untuk para penari perempuan. Mereka hanya memakai bedak putih. Sedangkan tata busana yang dipakai penari dan pemusik pada dasarnya sama, hanya saja dibedakan bentuk laki-laki dan perempuan berbeda tetapi corak pakaiannya sama.
Adapun warna yang terdapat pada masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga adalah :
Laki-laki warna bajunya adalah orange. Warna dasarnya adalah hitam. makna warna orange bagi laki-laki adalah menandakan keberania dan kesatriaan. Sedangkan bagi perempuan adalah baju warna kuning. Baju warna kuning bagi perempuan menandakan kelembutan dan kemegahan.
Bawahnya adalah kain batik Bugis dengan warna dasarnya Coklat. Fungsi Tari Adok
    Fungsi tari yang utama memperkuat kelangsungan budaya dari mana asalnya tari tersebut. Selain itu tari berfungsi sebagai alat memuaskan kebutuhan naluri akan keindahan. Sesuai dengan teori fungsi yang disebutkan sebelumnya, tari Adok berfungsi sebagai tari upacara adat pernikahan yaitu sebagai ujut penghormatan terhadap para tamu.
Nilai Estetika
Kualitas kedalaman rasa sangat menentukan dalam menilai karya seni. Hal ini dapat dipahami dalam penilaian karya seni yang sifatnya sangat relatif dan hasilnya berbada-beda pada masing-masing individu. Sesuai denga teori dari Jakob bahwa karya seni harus tetap mengandung keindahan dan menyenangkan inderawi dan menggembirakan batin ditambah dengan penyampaian makna atau penyampaian sesuatu. Nilai estetika dari tari Adok adalah mempunyai makna menjaga atau memelihara tali silaturahim antara sesama warga masyarakat desa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Pesisir adalah masyarakat yang memiliki sopan santun dan berwibawa juga hormat kepada siapapun, baik kepada yang dituakan maupun kepada tamu atau kepada para pendatang baru.
Tata Cara dan Nama Ragam Tari  Adok
Pertama pasangan penari duduk bersimpuh sambil merentang kain panjang yang dipegang masing-masing penari menghadap kedua pengantin (dahulu Raja). Pada saat musik mulai bermain dalam dentuman Gendang pertama pasangan memberi hormat kepada pengantin yang sedang duduk di pelaminan, berselang diperdengarkan lagu dalam bait pantun pertama yang berbunyi : DICABIK KAIN LA DIBALI, maka pasangan penari yang duduk bersimpuh dengan kaki sebelah kanan setengah berdiri bagi pasangan yang sebelah kiri dan dengan kaki kiri  setengan berdiri bagi pasangan yang sebelah kanan lalu tangan masing pasangan seolah sedang mencabik kain yang direntang.
Ragam ini bernama ragam “ MANCABIK” Pada awal bait pantun berikutnya : DIETO TANGAN DUO ETO, pasangan penari saling membalikkan badan (Puyuh Balik) arah ke kanan bagi penari yang berada sebelah kanan, arah ke kiri bagi penari yang berada di sebelah kiri sambil meletakkan kain dan memberi hormat kepada Tolan (kerabat) atau para undangan.
Sesudah itu, kembali pasangan penari memperagakan seolah sedang mencabik kain, saat pantun masuk ke baris bait berikutnya : MINTAK TABIK KAMI NANYANYI, maka penari kembali membalikkan badan ke arah seperti semula seraya  (Puyuh Balik) dengan posisi saling berhadapan dan setengah berdiri dengan kaki saling bersilang masing-masing melangkahkan kaki kanan masing masing arah ke depan sambil merentangkan tangan seraya mengibaskan selendang sekali arah ke kiri sekali arah ke kanan dengan hitungan satu sampai hitungan empat.
Memasuki hitungan kelima penari melangkahkan kaki kiri masing masing arah ke depan dengan posisi kaki bersilang dengan mengibaskan kain seperti semula diakhir hitungan (8) posisi penari sudah saling berhadapan dengan cara menyamping dan lagu masuk kepada bait terakhir : JANGAN DIKATO KAMI KURANG BASO, maka pasangan penari masing-masing membalikkan badan seraya saling mengibaskan kalin masing-masing, (Puyuh Balik) sehingga posisi saling membelakang sambil berdiri perlahan penari menggeserkan kaki kanan masing-masing ke arah belakang dalam hitungan satu, saat masuk pada hitungan ke dua, posisi penari sudah saling berhadapan masuk hitungan ketiga yang diiringi lagu berikutnya saat bait pertama pantun seperi di atas masing penari melangkah kaki kanan masing-masing arah ke depan sambil mengibaskan kain dalam hitungan ketiga dan keempat penari menggeser kaki kanan masing-masing arah ke belakang saat hitungan delapan posisi kembali saling berhadapan dengan posisi kaki bersilang.
Memasuki hitungan satu sampai empat kembali masing - masing pasangan melangkahkan kaki kanannya arah ke depan sambil mengibaskan kain, masuk kehitungan kelima sampai delapan kembali masing-masing penari melangkahkan kaki kiri arah depan dengan posisi kaki bersilang maka bait pantun berikutnya sama seperti di atas maka masing penari perlahan duduk menyamping saat masuk hitungan ke lima masing penari mengibaskan kainnya masing-masing sambil membalikkan tubuh (Puyuh Balik) saat posisi badan saling membelakang masing penari menggeserkan kaki kanan masing arah kebelakang diikuti dengan kaki kiri masing penari sehingga posisi bertukar tempat. Begitulah seterusnya sampai pada akhir bait pantun yang dilagukan.                
Makna Ragam Tari Adok
Ragam pertama yaitu ragam memberikan hormat berarti setiap individu etnis Pesisir selalu menghormati orang yang dijumpai dan orang yang berada di sekitarnya.
Ragam kedua yaitu ragam Mancabik mempunyai arti bahwa setiap individu etnis Pesisir selalu dapat membedakan dan memisahkan antara yang baik dan yang buruk, sedangkan ragam menghasta saat membalikkan badan seolah menghasta kain yang direntang (Mangeto) mempunyai arti bahwa setiap individu etnis Pesisir selalu sadar akan kehidupan yang sudah terukur dari yang Makakuasa.
Ragam ketiga adalah ragam membalikkan badan (Puyuh Balik) mempunyai arti bahwa setiap individu etnis Pesisir apabila selesai mengerjakan satu pekerjaan, maka kerjakanlah pekerjaan lainnya, agar terhindar dari kesan ketamakan dan serakah. Lebih dari itu selalu mencurahkan perhatian kepada sanak keluarga yang berada di kampung halaman.
Ragam mengibaskan kain yang mempunyai arti setiap individu etnis Pesisir tetap memberikan yang terbaik dalam berkarya.

TARI SAMPAYA
Sejarahnya
 Tari Sampaya tidak dapat kita temukan data tentang hal tersebut, karena keberadaan tarian ini diperkirakan ada pada abad belakangan ini. Tetapi sekadar diketahui tari Sampaya ini adalah sebuah tarian muda mudi yang menggambarkan eratnya kerja sama di kalangan muda mudi etnis Pesisir. Ragam Pada Tari Sampaya
Jumlah penari tidak kurang dari delapan orang bisa berpasangan boleh tidak asalkan jumlahnya tetap sebanyak delapan orang.
Ragam pertama adalah posisi penari saling berhadapan dan posisi membuat lingkaran. Artinya empat orang berdiri dalam lingkaran dan saling berhadapan dengan pasangannya yang berada pada posisi di luar lingkaran.
Dengan menjepit ujung saputangan dengan ibu jari dengan telunjuk sehingga posisi saputangan tergantung di tangan kanan masing masing. Saat musik dimulai posisi penari keadaan bersimpuh menghadap pengantin yang duduk di pelaminan, saat dentuman gendang yang pertama para penari memberi hormat kepada kedua pengantin sesaat kemudian berdiri menghadap pasangan masing-masing.
Pada ragam pertama di awal pantun yang berbunyi: SAMPAYA BUAHA SAMPAYA. Para penari memutar arah ke kanan dengan hitungan delapan dengan gaya dauble stave sehingga sampai pada hitungan delapan posisi penari sudah kembali saling berhadapan. Masuk pada ragam berikutnya kembali penari memutar arah ke kiri dengan hitungan delapan dengan gaya seperti semula sehingga pada hitungan delapan posisi penari kembali saling berhadapan.
Setelah itu penari melangkah ke kanan bagi yang berada pada lingkaran dalam, arah ke kiri bagi penari yang berada pada lingkaran luar dengan hitungan delapan. Saat dalam hitungan delapan penari membalas putarannya masing-masing, yang dalam lingkaran dalam membalikkan tubuh arah ke kanan dan yang dalam lingkaran luar membalikkan tubuh arah ke kanan juga dengan posisi saputangan tetap dipegang tangan kanan.
Pada ragam kedua penari masing masing sudah berada di tempatnya masing-masing seraya membalikkan tubuhnya sehingga posisi saling membelakang. Dengan hitungan delapan penari melangkah mundur setengah pal dengan gaya dauble stave. Saat posisi saling menyamping pada pasangannya, kembali penari membalikkan tubuhnya  dan melangkah mundur ketempat semula.
Maka masuk ragam yang ketiga kembali penari mengulangi ragam seperti ragam membuat lingkaran. Kalau tadi penari yang berada pada lingkaran dalam memutar arah ke kanan sedangkan penari dalam lingkaran luar arah ke kiri, kali ini penari yang berada pada lingkaran dalam, memutar arah ke kiri sedangkan penari dalam lingkaran luar ke kanan
Masuklah ke ragam yang keempat yaitu penari melangkah arah kedepan sambil dengan bentuk ZIKZAK, dengan hitungan delapan posisi saling menyamping dengan pasangannya sambil curi pandang penari melanjutkan melangkah arah ke depan dengan hitungan delapan sehingga sampai di tempat pasangannya masing-masing.
Masuk ragam berikutnya penari kembali membuat putaran seperti ragam dan gaya seperti ragam yang kedua dan kembali membalas putaran seperti ragam kedua juga. Setelah sampai pada posisi semula penari kembali ketempatnya masing-masing dengan hitungan seperti semula.
Diakhir pantun semua penari mengambil posisi duduk bersimpuh seraya memberi hormat kepada kedua pengantin yang duduk di pelaminan dan kembali ketempat duduknya semula

TARI PERAK-PERAK
Sejarahnya
Tari Perak-perak ini diperkirakan sudah ada pada abad ke 15 Tari perak-perak ini biasanya ditarikan oleh kedua pengantin di hadapan kedua orang tua kedua belah pihak. Tarian ini mempunyai makna sendiri bagi orang yang menarikan. Tarian ini sangat jarang ditarikan oleh orang yang tidak dalam posisi pengantin bahkan tidak boleh ditarikan kalau tidak sedang dalam pesta pernikahannya.
Dahulu tarian ini sangat digemari oleh orang yang melihatnya karena dalam tarian ini tidak ada ragam yang diharuskan terkecuali satu ragam yang harus diperagakan yaitu ragam jalan bersama sambil melangkah dauble stave. Dalam melakukan ragam ini kadang terjadi kelucuan sehingga menjadi bahan tertawaan para kerabat kedua pengantin.
Dalam hukum pelaksanaannya apabila pengantin tidak mau menarikannya maka kedua orang tua kedua belah pihak harus bisa menggantikan dengan syarat kedua pengantin harus menyulangi (menyuapi) ke dua orang tuanya tersebut dengan kue (Nasi Tuei) sebagai penghormatannya kepada kedua orang tuanya.
Ragam Tari Perak-perak
Tidak ada dalam ragam yang menjadi pegangan dalam menampilkan tari Perak-perak, yang ada hanyalah keserempakan rentak kaki dengan alunan gendang. Si penari boleh dengan leluasa dalam memperagakan tarian tersebut asalkan tidak lari rentak kaki dengan gendang 
Makna Ragam Tari Perak-perak
Makna ragam tari Perak-perak hanyalah sebuah gambaran keselarasan dan kesepakatan yang akan dicapai dalam menjalankan bahtera rumah tangga.

TARI SIKAMBANG BOTAN
Sejarahnya
Sejarah adanya tari Sikambang Botan (Tari Pedang) hampir sama dengan sejarah tari Dampeng. Berangkat dari perlombaan adu ketangkasan para jawara silat Pesisir yang diadakan Raja, maka dalam adu ketangkasan ini ditingkatkan pada taraf tata cara penggunaan senjata dalam kegiatan peraga silat etnis Pesisir.
Kalau dalam adu ketangkasan dalam tari Adok tanpa mempergunakan senjata, tetapi kali ini Raja mencoba membuat tata cara yang sama tetapi dalam kegiatan ini para jawara bebas mempergunakan senjata seperti pedang, golok, dan pisau, maka terciptalah sebuah peraga yang pada akhirnya menjadi sebuah tarian sebagai bentuk keragaman pada tarian etnis Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Pada waktu itu dalam pelaksanaannya, pada awal peraga para jawara hanya mengandalkan tangan kosong (Tako), tetapi pada saat tertentu para jawara yang sedang dalam adu ketangkasan harus secepat mungkin menyambar pedang yang sengaja di tancapkan pada sebuah kelapa muda yang berada di sampingnya masing-masing.
Seakan dalam kegiatan tersebut biasanya kecepatan hampir berimbang sehingga dalam kegiatan ini tidak ada yang kalah. Tetapi tidak tertutup kemungkinan salah satu bisa terlena dikarenakan mendengarkan lagu yang sengaja dibuat untuk mengiringi kegiatan lomba adu ketangkasan ini.
Nama dan Ragam Yang Ada Pada Tari Sikambang Botan (Pedang)
Dalam tarian Sikambang Botan (Tari Pedang) terdapat beberapa nama ragam walau nama ini juga terdapat pula pada tarian lainnya. Untuk lebih mengetahui tarian ini mari kita simak berikut ini :
Pasangan penari terdiri dua orang laki-laki berpakaian silat yang berwarna serba hitam boleh juga pakai warna lain dan memakai peci hitam, boleh juga pakai selempang kepala (deta). Dalam pembukaannya pasangan penari duduk bersila menghadap pada kedua pengantin yang duduk di pelaminan. Kalau dahulu harus pula menghadap ke arah Raja dan Ratu yang duduk di kursi atau singgasana.
Musik dimulai dengan gesekan Biola diiringi dengan gendang tapik, saat dentuman pertama pasangan penari memberi hormat kepada kedua pengantin atau Raja. Tarian ini tidak memakai selendang atau saputangan. Seiring dengan dentuman pertama kedua pasangan penari dengan serentak menjulurkan kedua belah tangan arah ke depan dengan mengikuti alunan lagu tangan sebelah kanan menyilang.
Gerakan ini bernama ALANG BAKAJA. Seraya mengayun arah ke belakang dan disini tidak ada hitungan. Hanya saja saat dipenghujung sebutan pantun bait pertama tangan yang tadi mengayun ke belakang sudah kembali ke posisi semula, dan pada waktu lagu memasuki bait kedua, kembali pasangan serentak mengulangi gerakan yang pertama dan secara perlahan berdiri setengah sehingga posisi kaki seperti memasang kuda-kuda (Sipekok)
Setelah lagu memasuki bait ketiga pasangan penari serentak membalikkan badan arah yang berlawanan. Gerakan ini bernama PUYUH BALIK. Bagi pasangan yang berada di sebelah kiri membalik ke sebelah kiri dan pasangan yang berada di sebelah kanan membalik ke sebelah kanan dengan posisi tangan saling berlawanan dengan posisi kaki. Saat di penghujung pantun bait ketiga pasangan sudah saling berhadapan dan seraya mundur setengah langkah kebelakang untuk mencari selah untuk menyerang lawan.  Gerakan ini bernama KIPE PUCCUK
Apabila masing masing tidak mendapat celah untuk menyerang, masing-masing pasangan kembali membalikkan badan ke arah yang saling berlawanan dan seraya merentangkan kaki kanan masing-masing. Gerakan ini bernama BAKACAMBA. Di awal lagu pada bait pantun keempat pasangan kembali saling menyerang pantun.
Bila dalam tahap pertama ini tidak ada yang terkena serangan (maksudnya serangan dalam bayangan) maka dengan gerakan cepat pasangan berusaha saling mendahului menyambar pedang yang sudah tersedia di antara posisi masing-masing.
Bilamana salah seorang penari terlambat maka sudah barang tentu akan mendapat serangan dengan sabetan pedang. Tetapi apa bila pasangan tersebut bisa dengan sigap menghindar maka akan terhindar dari serangan pedang.
Untuk serunya tarian ini sangat tergantung kepada keseragaman lagu dengan suara musik pengiring. Apa bila suara lagu seiring dengan musik maka pasangan penari akan lebih bersemangat manarikan tarian ini. Kalau sudah demikian maka terlihatlah keindahan pada tarian ini.
Kalah ataupun menang dalam adu kecepatan dan ketangkasan yang di rangkai dalam tarian ini terlihat dalam serangan bayangan hanya yang mahir tarian inilah yang dapat tahu siapa yang kalah siapa yang menang. Diakhir dari tarian ini pasangan kembali memberi hormat kepada kedua pengantin. 

TARI ANAK
Tari Anak
 
Sejarahnya
Menurut penuturan para orang tua yang telah turun temurun tepatnya pada 1887 diadakanlah pertandingan adu ketangkasan para jawara seni silat di daerah Pesisir Tapanuli Tengah oleh Raja yang jadi pemimpin pada saat itu untuk menyalurkan hobi dan bakat para jawara untuk menghindari terjadinya saling arogansi di antara para jawara.
Setiap pelosok daerah Pesisir berdatangan untuk dekadar menambah pengalaman, bahkan animo masyarakatpun sangat tinggi sehingga tidak mengherankan banyaknya penonton berdatangan untuk menyaksikan acara ini, tidak saja kaum laki-laki bahkan perempuan datang membawa anaknya yang sedang berada di gendongan juga turut menyaksikan acara ini.
Pada waktu seketika saat ronde berikutnya baru saja selesai dan musik pengiringpun sudah berhenti sejenak, salah seorang anak yang berada di gendongan ibunya menangis. Sang ibu sudah berusaha membujuk si anak agar diam dari tangisannya namun sia-sia. Melihat hal ini membuat hati nurani salah seorang jawara yang baru selesai menghampiri sang ibu yang sedang berusaha membujuk si  anak.
Dengan penuh keramahan sang jawara mencoba mengambil si anak dari pangkuan ibunya dan membawa ke atas pentas dan memerintahkan agar musik kembali ditabuh. Pada saat musik dimainkan kembali, sang jawara menarikan si anak dalam gendongannya dengan penuh kasih sayang melangkah ke sana ke mari dengan gaya yang lemah lembut gerakan yang begitu indah sehingga membuat si anak berhenti dari tangisannya dan terlelap di gendongan sang jawara.
Melihat yang demikian seluruh penonton bersorak menyaksikan kenyataan ini dan seraya sang jawara menyerahkan si anak kembali kepangkuan ibunya. Oleh keindahan gerak langkah yang diperbuat sang jawara terciptalah sebuah tarian yang sampai sekarang tarian tersebut bernama tari anak. Inilah sekelumit sejarah tari anak yang menjadi sebuah tarian khas Pesisir Kota Sibolga dan tidak ditemukan tarian yang sama pada etnis lain di Sumatera Utara bahkan di Nusantara.
Perlu juga dijelaskan bahwa tari anak ini mempunyai kaitan dengan tari payung yang diiringi dengan lagu Pulou Pinang. Kalau dalam tari payung diumpamakan seorang istri ditinggal suami dalam keadaan hamil dan pergi merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah demi anak dan istri, sekarang anak tersebut sudah lahir dan sedang keadaan sakit bersamaan dengan kedatangan ayahnya dari rantau maka si anakpun dibawa berobat ke Tabib 
Untuk menceritakan hal anak yang sakit ini digambarkanlah dengan sebuah tarian yang dikenal dengan nama tari anak.
Mengetahui bagaimana tata cara menarikan tari anak ini kami mencoba menguraikannya. Pertama anak boneka yang sudah dibedung dengan kain panjang dibaringkan di tengah ruangan di depan pelaminan. Di sebelah kanan bayi diletakkan geleta sedangkan sebelah kiri bayi sebuah keranjang kecil. Bayi dibaringkan menghadap arah pengantin yang sedang duduk di pelaminan.
Pasangan pria duduk bersimpuh di sebelah kanan bayi, pasangan wanita duduk bersimpuh di sebelah kiri bayi. Saat musik mulai mengalun pada saat dentuman gendang pertama terdengar pasangan penari memberi hormat kepada kedua pengantin yang duduk di pelaminan.
Setelah memberi hormat pasangan penari berdiri saling berhadapan dan seraya meletakkan selendang di atas bahunya masing -masing. Saat pantun pada bait pertama dalam lagu diperdengarkan, masing-masing pasangan melangkahkan kaki kanan  ke depan sehingga posisi kaki saling bersilang dan saling mengibaskan selendang kekiri dan ke kanan dengan hitungan satu sampai empat, masuk hitungan kelima sampai hitungan de lapan masing-masing pasangan melangkahkan kaki kiri kedepan dengan posisi bersilang dan mengibaskan selendang seperti semula.
Saat kembali pada hitungan pertama sampai keempat pasangan melangkahkan kaki kiri ke depan dengan gaya selendang seperti semula tetapi saat hitungan empat pasangan sudah keadaan bersimpuh dan merundukkan badan menghadap anak, sambil membelaikan selendangnya kepada sang anak. Cara ini melambangkan kasih sayang seorang ibu dan bapak kepada anaknya. Saat membelaikan selendang itu sudah masuk pada hitungan kelima sampai delapan.
Masuk hitungan pertama sampai  kelima pasangan penari dengan perlahan kembali berdiri, saat posisi berdiri dari hitungan lima sampai delapan pasangan melangkah dengan gaya Dauble stev menuju tempat pasangannya (Tukar Tempat).
Masuk keragam kedua, pasangan kembali melakukan seperti ragam pertama sehingga pada posisi sama-sama duduk bersimpuh dan merunduk pada hitungan lima sampai delapan pasangan wanita tetap dengan posisi sedang membelai anak tetapi pasangan pria berdiri melangkah mengitari pasangan wanita sampai pada posisi di belakang pasangan wanita, pasangan pria membelitkan selendang yang ada padanya ke kepala pasangan wanita, seraya bergerak ke posisi saling berhadapan dan mengambil anak yang sedang berbaring seraya sama-sama bergerak berdiri.
Setelah posisi dalam keadaan berdiri, pasangan pria menarikan si anak sejenak dan diiringi pasangan wanita seolah saling berebutan dengan langkah dauble stave dengan memutar sekali putaran.
Setelah itu pasangan penari berhenti di pertengahan dan seraya pasangan wanita menadahkan selendang seolah meminta si anak kepada pasangannya. Seiring dengan itu pula pasangan pria memberikan si anak, tetapi posisi keduanya seolah saling memegang si anak dan sama mengayunkan si anak ke kanan dan ke kiri dengan hitungan satu sampai empat pasangan masing-masing membalikkan badan saling berlawanan arah sampai posisi kembali saling berhadapan, setelah itu kembali pasangan saling mengayunkan si anak ke kanan dan ke kiri dari hitungan lima sampai delapan kembali pasangan membalikkan tubuh saling berlawanan ke arah semula dan pasangan pria menyerahkan si anak kepada ibunya, seraya mengambil geleta dan keranjang kecil yang ada di tempat si anak berbaring tadi.
Setelah posisi dalam keadaan seperti seiring, pasangan penari melangkah bersama dengan langkah dauble stave menuju arah kedua pengantin, setelah sampai pada posisi berhadapan pasangan penari menyerahkan anak kepada pengantin laki-laki untuk diobati dari sakit yang dideritanya.
Dengan gaya seperti seorang tabib pengantin pria berpura-pura mengobati si anak setelah itu diberikan kembali kepada pasangan penari dan pasangan penari kembali duduk di sebelah pelaminan dan tarianpun selesai.   

No comments:

Post a Comment