Menurut Prayitno (1990:36) “Tari tradisional adalah semua
tarian yang telah mengalami perjalanan sejarah panjang dan selalu bertumpu pada
pola-pola tradisi yang telah ada.
Tari Dampeng adalah termasuk ke dalam tarian tradisional
yang berfungsi sebagai tari adat. (Curt Sachs) mengatakan bahwa ” Tari adalah
gerak yang ritmis”, definisi lain mengatakan ” Tari adalah keteraturan bentuk
gerak tubuh yang ritmis didalam satu ruangan ” (Corrie Hartong).
Seni teri merupakan salah satu cabang seni yang bersipat
universal, yang artinya, seni tari dapat dilakukan dan dimiliki seluruh manusia
di dunia. Seni tari adalah salah satu budaya manusia, yang diungkapkan melalui
gerak-gerak yang ritmis dan indah. Materi pokok tari hanyalah gerakan-gerakan
dibagian tubuh manusia yang telah dibentuk Curt Sachs, Sudarsoeno (1979 : 23)
Mengatakan tari adalah gerak yang ritmis. Definisi lain mengatakan” Tari adalah
keteraturan bentuk gerak tubuh yang ritmis di dalam satu ruangan, (Corrie
Hartomg dalam buku Sudarsoeno 1979 : 23)
” Tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh bagaian tubuh manusia selaras
dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu” (Suryodiningrat). ”Tari
adalah ungkapan jiwa yang dieksperesikan dengan mengunakan gerak sebagai media
dan tubuh sebagai alat ” (Jose Rizal Firgaus) ” Tari adalah gerakan-gerakan
luar yang ritmis dan lama kelamaan nampak mengarah kepada bentuk-bentuk
tertentu” (Komala Devi Chattopadyaya). ” Tari adalah aksperesi subjektif yang
diberi bentuk objektif ” ( La Meri). ” Substansi tari adalah gerak (Jhon
Martin) ”Bentuk yang diungkapkan manusia untuk menikmati dengan rasa” (Susane
K. Lager).
Tari merupakan kumpulan gerak tubuh yang terarah secara
ritmis yang dapat dieksperesikan kepada sebuah seni yang mengandalkan tubuh
selaku pelaku utama dalam mengarahkan semua gerakan. Gerak dan ritmis merupakan
unsur-unsur yang sangat penting dan saling terkait antara gerakan yang satu
dengan gerakan lainnya, sehingga kumpulan gerakan yang indah menciptakan sebuah
tari.
Gerak merupakan unsur dasar, sedangkan ritme adalah
dasarnya. Dengan kata lain dapat pula disebut gerak sebagai unsur pertama dan
ritme sebagai unsur kedua, menjalin makna dan rasa sebagai ukuran nilai-nilai
dalam sebuah tari.
Dari beberapa pengertian diatas bahwa tarian itu mempunyai
ritme, ruang dan waktu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tarian itu
bermedia gerak yang ditimbulkan oleh tubuh manusia yang menyatu dalam ruang dan
dalam waktu.
TARI
SAPUTANGAN (BUNGKUS)
Tari Sapu Tangan |
Tari saputangan ini menggambarkan bagaimana kisah dan cara
perkenalan sepasang muda mudi pada zaman dahulu di daerah Pesisir. Kejadiannya
bermula dari perkenalan sepasang muda-mudi pada saat para nelayan pulang dari
menangkap ikan di pantai Barat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.
Pada waktu itu, tidak saja para orang tua yang datang
kepantai untuk sekadar membeli ikan tetapi juga para muda-mudi ikut dengan
kebiasaan ini. Dari tata cara perkenalan yang mereka lakukan yang didasari adat
istiadat, terlukislah sebuah tata cara yang diperagakan dalam tarian yang
bernama Tari Saputangan. Dalam bahasa tampilan dari ragam pertama sampai ragam
terakhir sangat jelas terlihat bagai mana tata cara perkenalan muda mudi yang
selalu menjunjung tinggi adat kesopanan dan kehormatan sehingga tidak menyalahi
adat itu sendiri.
Bentuk penyajian
Tari merupakan salah satu cabang kesenian yang didalamya
terdapat unsur penunjang untuk mengugkapkan akspresi tubuh manusia. Seperti
yang diuraikan oleh Hermin (1980 : 9) yang mengkaji perwujudan seni merupakan
salah satu di antaranya dan ditopang oleh berbagai elemen yaitu : gerak, pola
lantai, tata rias, tata busana dan properti serta tempat dan waktu pementasan.
Pada awalnya kita ketahui cabang seni yang paling tua adalah
seni tari yang sangat erat hubungannya dengan segi kehidupan manusia. Tari pada
masa manusia primitif memiliki ciri khas yang merupakan media untuk pemujaan
dan penyembahan pada masa nenek moyang dan sesuai dengan keyakinan mereka.
Menurut Soedarsono dan Rahayu (2000 : 27) penyajian tari
dapat dibagi tiga yaitu, 1 Tari tunggal, 2. Tari Berpasangan, 3. Tari kelompok.
Tari tunggal adalah tari yang ditarikan seorang penari dan mempunyai gerak-gerak dasar yang sagat sulit dan komposisi yang banyak variasinya, juga gerak-gerak yang terkecilpun banyak variasinya. Tari berpasangan adalah tari yang jumlah penarinya terdiri dari dua orang penari secara bersama-sama menarikan tari tersebut.
Kalau tarian ini ditarikan salah seorang saja maka makna tarian akan berkurang ataupun malah kabur sama sekali. Sedangkan tari kelompok ditarikan lebih dari dua orang penari secara bersama-sama. Umumnya tarian kelompok ini mengandalkan keserempakan walaupun desainnya sederhana.
Fungsi Tari
Soedarsono (1976 : 57) menyebutkan bahwa tari-tarian Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Tari Upacara, Tari pergaulan, Tari pertunjukan
Tari Upacara yaitu tari yang berfungsi sebagai sarana upacara Agama dan adat yang banyak terdapat di daerah – daerah yang masih bertradisi kuat Tari pergaulan (tari bergembira) yaitu tari yang berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa gembira atau untuk pergaulan dan biasanya antara pria dan wanita.
Tari pertunjukan (tari teaterial) yaitu tari yang garapanya khusus untuk dapat dipertunjukan (performing art) yang antinya setelah pertunjukan selesai diharapkan untuk memperoleh tanggapan dari penonton.
Nilai Astetika
Kualitas kedalam rasa sangat menentukan dalam menilai karya seni. Hal ini dapat dipahami dalam penilaian karya seni yang sifatnya sangat relatif dan hasilnya berbeda-beda pada masing-masing individu. Jakop mengemukakan masalah nilai seni (2000 : 157) bahwa : “Karya seni tetap harus mengandung keindahan dalam pengertian menyenangkan indrawi dan menggembirakan bathin, hanya saja dalam karya seni masih ditambah dengan penyampaian makna atau menyampaikan sesuatu. Dan aspek sesuatu dari isi seni dapat menyebabkan lahirnya perbedaan mengenai indah tidak indahnya karya seni ”
Nilai astetika ini dapat ditemukan pada orang yang mempunyai pengalaman mengenai ujud bermakna dalam suatu benda atau hanya seni dengan getaran atau rangsangan keindahan. Kegiatan estetika dalam berbagai bidang kehidupan membentuk kebudayaan di samping kegiatan lain sebagai unsur kebudayaan dalam masyarakat.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Sirait (1995 : 61): “Nilai estetka adalah hubungan logis dan kebenaran antologis (bentuk bermakna dan berharga)”. Tarian adat Pesisir bagi masyarakat pendukungnya merupakan tari yang mempuyai makna dalam upacara adat pernikahan sehingga semua tarian sangat berharga dalam mendukung suatu upacara adat yang mereka junjung tinggi.
Kerangka Konsep
Konsep merupakan gejala yang paling penting dalam penelitian yang digunakan sebagai alat untuk menggambarkan fenomena dengan adanya penjabaran masalah dengan kerangka teoritisnya. Konsep diartikan sebagai generalisasi dari kelompok penomena tertentu sehingga dapat menggambarkan gejala yang sama.
Tarian adat Pesisir menurut konsep masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah adalah bentuk silat yang berawal dari dasar ragam berbagai silat yang ada pada masyarakat Pesisir. Seluruh tarian adat Pesisir asalnya dibawakan oleh dua orang laki-laki, tetapi dengan perubahan waktu sekarang seluruh tarian ini dapat dibawakan oleh sepasang penari laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan landasan teoritis yang diuraikan di atas, seluruh tarian adat Pesisir ini merupakan menyeluruh dari berbagai aspek yang melingkupinya. Salah satu aspek yang dominan adalah bahwa tarian adat etnis Pesisir merupakan bentuk pola budaya dari masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Sebagai pola budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat, ia dapat dikaji dari bentuk penyajian dan nilai estetikanya.
Dalam hal ini yang berperan tentu ilmu tari dan estetika yang pada akhirnya dapat menjelaskan secara rinci bagaimana sebenarnya bentuk penyajian seluruh tarian adat yang ada pada masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.
Hal ini akan dipaparkan berikut ini dalam seluruh tarian sejak dari tarian Sapu tangan sampai pada tarain Galombang duo baleh, yang dimulai dari tarian sapu tangan seperti di bawah ni :
Ragam pertama adalah : masing-masing penari melangkah dengan daubel steve memutar arah ke kanan dengan hitungan delapan hingga sampai ketempat semula dan terlihat menundukkan kepala yang mengesankan malu-malu. Sesudah itu masing-masing penari melangkah memutar arah ke kiri dengan hitungan yang sama tetapi saat sampai ke tempat posisinya saling membelakang.
Adapun makna ragam ini tergambar bagaimana sejak tatapan pertama sudah menggambarkan betapa pada zaman dahulu muda-mudi di daerah Pesisir mengesankan malu-malu sehingga tidak ada tegur sapa yang ada hanya memancing perhatian masing masing pasangan agar bisa saling mengenal.
Ragam kedua, pasangan penari masing-masing mundur setengah jagak dari masing-masing penari dengan hitungan delapan, sesampainya di tengah jarak penari dengan posisi mundur masing-masing memutar arah ke kanan dengan hitungan delapan hingga sampai ke tempat semula, Ragam ini dinamakan MUNDUR. Ragam berikutnya penari kempali memutar ke kanan dan ke kiri dengan hitungan semula tetapi kali ini saat putaran terakhir posisi masing-masing berhadapan. Dalam ragam ini juga terkesan malu-malu walau sudah saling mengenal wajah masing-masing pasangan
Ragam ke tiga, penari melangkah dengan cara yang semula maju kedepan dengan bentuk zikzak setengan pal dengan hitungan delapan yang pada akhirnya posisi penari saling berhadapan sejenak kemudian dengan dengan melangkah sambil curi pandang melanjutkan langkah ketempat pasangan masing-masing penari dengan hitungan delapan hingga sampai di tempat pasangan masing-masing.
Pada posisi di tempat pasangannya penari kembali memutar arah ke kanan masing-masing dengan hitungan delapan dan arah ke kiri dengan hitungan yang sama. Setelah itu pasangan penari kembali melangkah ke depan dengan hitungan delapan dengan gaya yang sama sampai pada hitungan delapan maka posisi penari dudah berada di tempat semula. Ragam ini bernama ragam tuakar tempat (BATUKKA TAMPEK)
Dalam ragam ini antara pasangan terkesan sudah mulai terjadi komunikasi. Terbukti antara pasangan sudah saling mendatangi tempat (rumah) masing masing pasangan.
Ragam keempat, pasangan penari tidak lagi memutar ke kiri dan ke kanan tetapi sangsung melangkah arah ke depan dengan gaya zikzak dengan hitungan yang sama sehingga sampai pada posisi berhadapan, seraya mensejajarkan saputangan pasangan penari melangkah bagi laki-laki arah ke kanan bagi perempuan arah ke kiri dengan hitungan delapan. Setelah sampai pada batasan hitungan, masing-masing penari me langkah ke arah semula dengan hitungan delapan, setelah sampai pada batas hitungan pasangan penari kembali ke tempat semula dengan arah masing-masing ke kanan. Ragam ini bernama SEIRING SEJALAN.
Dalam ragam ini antara pasangan sudah terjadi komunikasi yang baik. Sehingga pasangan ini sudah bisa jalan bersama.
Ragam kelima, pasangan penari kembali melangkah denganhitungan yang sama ke arah depan dengan gaya zikzak sehingga pada ujung hitungan delapan posisi penari saling berhadapan dan dengan tangan kanan masing-masing memegang saputangan dengan gaya menyilangkan tangan kanan arah ke bawah dan tangan kiri arah ke atas masing-masing melangkah memutar dengan posisi saling bersilang badan dengan hitungan delapan. Setelah di penghujung hitungan pasangan memutar arah saling berlawanan dengan hitungan yang sama sehingga dipenghujung hitungan pasangan kembali ke tempat masing-masing, Ragam ini bernama MENYILANG SAPUTANGAN.
Ragam ini mempunyai arti bahwa pasangan muda mudi sudah saling seiya sekata.
Ragam ke enam, pasangan penari kembali melangkah ke depan dengan hitungan yang sama dengan gaya zikzak sehingga pada posisi berhadapan penari memegang saputangan dengan tangan kanan seraya menggantung sejajar dengan bahu masing masing, dengan hitungan delapan pasangan melangkah saling bersilang badan berputar di tengah arah kanan masing-masing, pada penghujung hitungan penari kembali memutar dengan arah ke kiri dengan hitungan yang sama, pada penghujung hitungan penari kembali ke tempat masing-masing. Dalam ragam ini terlukis pasangan muda-mudi sudah saling mempercayai.
Ragam ketujuh, pasangan penari kembali melangkah arah ke kanan masing masing dengan posisi membuat lingkaran lonjong dengan hitungan delapan setengah lingkaran dan hitungan delapan setengah lonjongan sehingga posisi seperti orang yang saling kejar. Ragam ini bernama KEJAR-KEJARAN. Dalam ragam ini pasangan muda mudi terkesan sudah saling seia sekata seiring dan setujuan.
Ragam yang ke delapan. Dalam ragam ini pasangan penari melangkah kedepan dengan gaya zikzak dengan hitungan delapan, dipenghujung hitungan pasangan penari menyilangkan saputangan masing-masing sehingga saputang terlihat saling menyilang setelah itu pasangan penari kembali memutar ditengah arah kanan masing-masing dengan hitungan delapan dan di penghujung hitungan pasangan penari memutar arah ke kiri masing masing dan di penghujung hitungan pasangan kembali ke tempat masing-masing. Ragam ini bernama ragam MENGIKAT SAPUTANGAN. Dalam ragam ini tersirat pasangan muda-mudi etnis Pesisir sudah mengikat janji untuk bersama mengharungi bahtera rumah tangga.
Inilah sekelumit tata cara pelaksanaan tari saputangan dan hubungan arti dari tahapan tari ini dengan tata cara perkenalan muda-mudi Pesisir pada jaman dahulu. Yang lebih jauh dari itu nian pembaca khususnya muda-mudi dapat mempelajari tarian ini sehingga tarian ini tidak punah begitu saja
TARI PAYUNG
Kalau tarian ini ditarikan salah seorang saja maka makna tarian akan berkurang ataupun malah kabur sama sekali. Sedangkan tari kelompok ditarikan lebih dari dua orang penari secara bersama-sama. Umumnya tarian kelompok ini mengandalkan keserempakan walaupun desainnya sederhana.
Fungsi Tari
Soedarsono (1976 : 57) menyebutkan bahwa tari-tarian Indonesia dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Tari Upacara, Tari pergaulan, Tari pertunjukan
Tari Upacara yaitu tari yang berfungsi sebagai sarana upacara Agama dan adat yang banyak terdapat di daerah – daerah yang masih bertradisi kuat Tari pergaulan (tari bergembira) yaitu tari yang berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa gembira atau untuk pergaulan dan biasanya antara pria dan wanita.
Tari pertunjukan (tari teaterial) yaitu tari yang garapanya khusus untuk dapat dipertunjukan (performing art) yang antinya setelah pertunjukan selesai diharapkan untuk memperoleh tanggapan dari penonton.
Nilai Astetika
Kualitas kedalam rasa sangat menentukan dalam menilai karya seni. Hal ini dapat dipahami dalam penilaian karya seni yang sifatnya sangat relatif dan hasilnya berbeda-beda pada masing-masing individu. Jakop mengemukakan masalah nilai seni (2000 : 157) bahwa : “Karya seni tetap harus mengandung keindahan dalam pengertian menyenangkan indrawi dan menggembirakan bathin, hanya saja dalam karya seni masih ditambah dengan penyampaian makna atau menyampaikan sesuatu. Dan aspek sesuatu dari isi seni dapat menyebabkan lahirnya perbedaan mengenai indah tidak indahnya karya seni ”
Nilai astetika ini dapat ditemukan pada orang yang mempunyai pengalaman mengenai ujud bermakna dalam suatu benda atau hanya seni dengan getaran atau rangsangan keindahan. Kegiatan estetika dalam berbagai bidang kehidupan membentuk kebudayaan di samping kegiatan lain sebagai unsur kebudayaan dalam masyarakat.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Sirait (1995 : 61): “Nilai estetka adalah hubungan logis dan kebenaran antologis (bentuk bermakna dan berharga)”. Tarian adat Pesisir bagi masyarakat pendukungnya merupakan tari yang mempuyai makna dalam upacara adat pernikahan sehingga semua tarian sangat berharga dalam mendukung suatu upacara adat yang mereka junjung tinggi.
Kerangka Konsep
Konsep merupakan gejala yang paling penting dalam penelitian yang digunakan sebagai alat untuk menggambarkan fenomena dengan adanya penjabaran masalah dengan kerangka teoritisnya. Konsep diartikan sebagai generalisasi dari kelompok penomena tertentu sehingga dapat menggambarkan gejala yang sama.
Tarian adat Pesisir menurut konsep masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah adalah bentuk silat yang berawal dari dasar ragam berbagai silat yang ada pada masyarakat Pesisir. Seluruh tarian adat Pesisir asalnya dibawakan oleh dua orang laki-laki, tetapi dengan perubahan waktu sekarang seluruh tarian ini dapat dibawakan oleh sepasang penari laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan landasan teoritis yang diuraikan di atas, seluruh tarian adat Pesisir ini merupakan menyeluruh dari berbagai aspek yang melingkupinya. Salah satu aspek yang dominan adalah bahwa tarian adat etnis Pesisir merupakan bentuk pola budaya dari masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Sebagai pola budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat, ia dapat dikaji dari bentuk penyajian dan nilai estetikanya.
Dalam hal ini yang berperan tentu ilmu tari dan estetika yang pada akhirnya dapat menjelaskan secara rinci bagaimana sebenarnya bentuk penyajian seluruh tarian adat yang ada pada masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.
Hal ini akan dipaparkan berikut ini dalam seluruh tarian sejak dari tarian Sapu tangan sampai pada tarain Galombang duo baleh, yang dimulai dari tarian sapu tangan seperti di bawah ni :
Ragam pertama adalah : masing-masing penari melangkah dengan daubel steve memutar arah ke kanan dengan hitungan delapan hingga sampai ketempat semula dan terlihat menundukkan kepala yang mengesankan malu-malu. Sesudah itu masing-masing penari melangkah memutar arah ke kiri dengan hitungan yang sama tetapi saat sampai ke tempat posisinya saling membelakang.
Adapun makna ragam ini tergambar bagaimana sejak tatapan pertama sudah menggambarkan betapa pada zaman dahulu muda-mudi di daerah Pesisir mengesankan malu-malu sehingga tidak ada tegur sapa yang ada hanya memancing perhatian masing masing pasangan agar bisa saling mengenal.
Ragam kedua, pasangan penari masing-masing mundur setengah jagak dari masing-masing penari dengan hitungan delapan, sesampainya di tengah jarak penari dengan posisi mundur masing-masing memutar arah ke kanan dengan hitungan delapan hingga sampai ke tempat semula, Ragam ini dinamakan MUNDUR. Ragam berikutnya penari kempali memutar ke kanan dan ke kiri dengan hitungan semula tetapi kali ini saat putaran terakhir posisi masing-masing berhadapan. Dalam ragam ini juga terkesan malu-malu walau sudah saling mengenal wajah masing-masing pasangan
Ragam ke tiga, penari melangkah dengan cara yang semula maju kedepan dengan bentuk zikzak setengan pal dengan hitungan delapan yang pada akhirnya posisi penari saling berhadapan sejenak kemudian dengan dengan melangkah sambil curi pandang melanjutkan langkah ketempat pasangan masing-masing penari dengan hitungan delapan hingga sampai di tempat pasangan masing-masing.
Pada posisi di tempat pasangannya penari kembali memutar arah ke kanan masing-masing dengan hitungan delapan dan arah ke kiri dengan hitungan yang sama. Setelah itu pasangan penari kembali melangkah ke depan dengan hitungan delapan dengan gaya yang sama sampai pada hitungan delapan maka posisi penari dudah berada di tempat semula. Ragam ini bernama ragam tuakar tempat (BATUKKA TAMPEK)
Dalam ragam ini antara pasangan terkesan sudah mulai terjadi komunikasi. Terbukti antara pasangan sudah saling mendatangi tempat (rumah) masing masing pasangan.
Ragam keempat, pasangan penari tidak lagi memutar ke kiri dan ke kanan tetapi sangsung melangkah arah ke depan dengan gaya zikzak dengan hitungan yang sama sehingga sampai pada posisi berhadapan, seraya mensejajarkan saputangan pasangan penari melangkah bagi laki-laki arah ke kanan bagi perempuan arah ke kiri dengan hitungan delapan. Setelah sampai pada batasan hitungan, masing-masing penari me langkah ke arah semula dengan hitungan delapan, setelah sampai pada batas hitungan pasangan penari kembali ke tempat semula dengan arah masing-masing ke kanan. Ragam ini bernama SEIRING SEJALAN.
Dalam ragam ini antara pasangan sudah terjadi komunikasi yang baik. Sehingga pasangan ini sudah bisa jalan bersama.
Ragam kelima, pasangan penari kembali melangkah denganhitungan yang sama ke arah depan dengan gaya zikzak sehingga pada ujung hitungan delapan posisi penari saling berhadapan dan dengan tangan kanan masing-masing memegang saputangan dengan gaya menyilangkan tangan kanan arah ke bawah dan tangan kiri arah ke atas masing-masing melangkah memutar dengan posisi saling bersilang badan dengan hitungan delapan. Setelah di penghujung hitungan pasangan memutar arah saling berlawanan dengan hitungan yang sama sehingga dipenghujung hitungan pasangan kembali ke tempat masing-masing, Ragam ini bernama MENYILANG SAPUTANGAN.
Ragam ini mempunyai arti bahwa pasangan muda mudi sudah saling seiya sekata.
Ragam ke enam, pasangan penari kembali melangkah ke depan dengan hitungan yang sama dengan gaya zikzak sehingga pada posisi berhadapan penari memegang saputangan dengan tangan kanan seraya menggantung sejajar dengan bahu masing masing, dengan hitungan delapan pasangan melangkah saling bersilang badan berputar di tengah arah kanan masing-masing, pada penghujung hitungan penari kembali memutar dengan arah ke kiri dengan hitungan yang sama, pada penghujung hitungan penari kembali ke tempat masing-masing. Dalam ragam ini terlukis pasangan muda-mudi sudah saling mempercayai.
Ragam ketujuh, pasangan penari kembali melangkah arah ke kanan masing masing dengan posisi membuat lingkaran lonjong dengan hitungan delapan setengah lingkaran dan hitungan delapan setengah lonjongan sehingga posisi seperti orang yang saling kejar. Ragam ini bernama KEJAR-KEJARAN. Dalam ragam ini pasangan muda mudi terkesan sudah saling seia sekata seiring dan setujuan.
Ragam yang ke delapan. Dalam ragam ini pasangan penari melangkah kedepan dengan gaya zikzak dengan hitungan delapan, dipenghujung hitungan pasangan penari menyilangkan saputangan masing-masing sehingga saputang terlihat saling menyilang setelah itu pasangan penari kembali memutar ditengah arah kanan masing-masing dengan hitungan delapan dan di penghujung hitungan pasangan penari memutar arah ke kiri masing masing dan di penghujung hitungan pasangan kembali ke tempat masing-masing. Ragam ini bernama ragam MENGIKAT SAPUTANGAN. Dalam ragam ini tersirat pasangan muda-mudi etnis Pesisir sudah mengikat janji untuk bersama mengharungi bahtera rumah tangga.
Inilah sekelumit tata cara pelaksanaan tari saputangan dan hubungan arti dari tahapan tari ini dengan tata cara perkenalan muda-mudi Pesisir pada jaman dahulu. Yang lebih jauh dari itu nian pembaca khususnya muda-mudi dapat mempelajari tarian ini sehingga tarian ini tidak punah begitu saja
TARI PAYUNG
![]() |
Tari payung |
Sejarahnya
Tari Payung salah satu tarian adat yang ditarikan pada setiap
perhelatan budaya dalam pelaksanaan pesta adat pernikahan pada etnis Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Keberadaan tari payung ini diperkirakan sudah ada sejak abat kesepuluh. Tari yang diiringi oleh lagu Pulau Pinang ini mempunyai sejarah tersendiri bagi etnis Pesisir karena menggambarkan betapa kegetiran hidup para nelayan di pesisir pantai.
Keberadaan tarian ini berangkat dari rasa tanggung jawab seorang suami kepada istri demi mencari kehidupan dalam menjalani bahtera hidup berumah tangga. Tari Payung ini sendiri mempunyai kaitan dengan tari Saputangan yang telah kita ceritakan diatas. Kalau dalam makna tarian saputangan menceritakan bagaimana tata cara perkenalan muda-mudi sehingga pasangan tadi melangsungkan pernikahan. Sekarang pasangan tadi telah resmi menikah maka dalam tarian payung ini menggambarkan demi sebuah tanggung jawab sang suami terpaksa meninggalkan istri dalam keadaan hamil untuk pergi mencari nafkah kenegeri orang.
Suatu pagi suami berpamitan kepada istri untuk pergi berlayar merantau yang belum tentu kembali dalam seminggu atau sebulan nun jauh ke seberang lautan. Sang istri mengatarkan suami sampai ke pinggir pantai, sesaat dipinggir pantai suami menasihati istri yang akan di tinggalkan dengan sebuah pantun seperti pantun di bawah ini.
Untuk lebih mengetahui makna yang tersirat dalam tarian ini kita baca dan simaklah beberapa bait pantun yang ada dalam lagu yang mengiringi tarian ini :
KOK BALAI KAPULAU PINANG
AMBIK ALUAN SITIMUR LAUIK
KOK BALAI HATI TAK SANANG
AI MATO SAPANJANG LAUIK
Arti dari pantun ini adalah suami mengatakan rasa duka yang mendalam bagaimana pilunya berpisah dengan istri yang beberapa bulan baru dinikahi dalam nasihat yang diiringi deraian air mata: Aku berlayar menuju Pulau pinang biarlah kuambil arah Timur Laut, dalam berlayar ini hatiku tidaklah senang batinku akan menangis sepanjang perjalanan ini.
Demi sebuah kasih sayang selaku istri yang baru dinikinya sang isri menyampaikan rasa gelisahan dan kegundahan hati atas kepergian suami membalas pantun tadi seperti pantun dibawah ini :
PULAU PINANG AINYO DAREH
HANYUTLAH BATANG LINTANG BULINTANG
PULAU PINANG BUMINYO KAREH
BANYAK NAK DAGANG PULANG BARUTANG.
Dalam pantun ini terlukis sebuah arti rasa ketakutan sang istri akan keberadaan suami di rantau orang. Istri takut kalau-kalau sang suami akan melupakan istri karena tergoda oleh kecantikan wanita lain di perantauan. Sudah menjadi kebiasaan para perantau dari daerah Pesisir, apa bila sampai dirantau orang siperantau akan mencari induk semang atau orang tua angkat, seperti pepatah dibawah ini “ Ditinggalkan orang tua di kampung berusahalah mencari orang tua dirantau orang”.
Sudah pula kebiasaan pada zaman dahulu apabila ada orang yang datang ke rumah kita dan menganggap kita sebagai orang tuanya kebanyakan anak tersebut lama-lama akan menjadi menantu kita, apalagi si perantau tadi tidak sanggup membanyar makan yang dimakan selama tinggal dirumah kita.
Inilah yang terbayang pada istri yang ditinggal pergi oleh suaminya yang pergi merantau. Rasa takut selalu membayangi ke hidupannya sehari hari. Mengapa dalam pantun ini tertulis kalimat KAPUAU PINANG, perlu kami jelaskan bahwa satu-satunya pulau tujuan untuk perantauan adalah Pulau Pinang Malaysia karena pada zaman dahulu pulau tersebut sangat ramai didatangi oleh perantau dengan jalan berlayar dengan pera
Tata Cara Menarikan Tari Payung
Sepasang penari dengan posisi duduk bersimpuh menghadap kepada ke dua pengantin. Setelah suara musik dimulai saat dentuman gendang pertama si penari memberi hormat kepada kedua pengantin (kalau dahulu kepada raja) seraya berdiri diawal pantun penari melangkah kesamping kanan dengan membuat lingkaran dengan langkah dauble steve dengan hitungan delapan.
Pada akhir hitungan atau saat berada pada posisi semula, penari langsung membalas dengan membuat seperti semula tetapi arah ke kiri dengan hitungan yang sama. Diakhir hitungan atau saat berada pada posisi semula, penari melangkahlah maju membuat lingkaran tetapi arah ke depan dengan hitungan delapan. Setelah kembali keposisi semula, penari laki-laki yang memegang payung memindahkan payung dari tangan kanan ke tangan kiri sambil maju setengah pal mendekati pasangannya dengan hitungan delapan seraya tangan kanan dijulurkan ke depan dengan gaya seolah sedang memetik bunga dengan hitungan.
Pada akhir hitungan delapan pasangan laki-laki memutar ke kanan kembali ke tempat semula. Sesampainya di tempat pasangan laki-laki kembali membuat lingkaran ke depan seolah mau memayungi pasangannya dengan hitungan delapan setelah itu pasangan laki-laki kembali ke tempat seraya mengambil posisi berhadapan pasangan laki-laki maju sambil memutar badan seraya memayungi pasangannya yang sedang melentikkan badannya.
Ini tata cara yang dilakukan oleh pasangan laki-laki. Bagi pasangan penari perempuan tidak sama dengan tata cara yang dilakukan oleh pasangan penari laki-laki. Bagaimana tata cara yang dilakukan oleh penari perempuan? Ikuti cara berikut ini :
Saat pasangan laki-laki tadi memutar arah ke kanan, pasangan perempuan melangkah dengan gaya kaki kanan menyilang dan tangan mengibaskan selendang yang dibahunya dengan hitungan empat. Tangannya mengibaskan selendang, memasuki hitungan kelima pasangan perempuan melangkahkan kaki kiri sembari memutar badan mengikuti arah kaki, dengan ditungan yang sama kembali kaki kanan dilangkahkan dengan gaya menyilang dengan hitungan empat.
Pada hitungan kelima kaki tidak lagi dilangkahkan cukup dengan membalikkan badan arah ke kiri dengan hitungan empat. Pada waktu hitungan kelima kembali kaki kanan dilangkahkan kedepan setelah pada hitungan ke lima, kembali kaki kiri dilangkahkan kedepan dengan hitungan empat. Pada hitungan kelima kaki tidak dilangkahkan tetapi cukup dengan membalikkan badan arah kekanan setelah hitungan delapan kembali kaki kiri dilangkahkan dengan hitungan empat.
Tepat pada hitungan kelima, kembali kaki kanan dilangkahkan saat posisi hitungan ke delapan, kaki kanan dilangkahkan tetapi tidak agi gaya menyilang tetapi dengan gaya melangkah biasa dengan hitungan satu saat hitungan dua kaki kiri dilangkahkan seraya membalikkan badan lalu melentikkan tubuh arah ke belakang dengan hitungan tiga dan empat.
Demikianlah seterusnya sehingga posisi berada di tempat pasangannya masing-masing sampai berada pada tempatnya semula.
BANYAK NAK DAGANG PULANG BARUTANG.
Dalam pantun ini terlukis sebuah arti rasa ketakutan sang istri akan keberadaan suami di rantau orang. Istri takut kalau-kalau sang suami akan melupakan istri karena tergoda oleh kecantikan wanita lain di perantauan. Sudah menjadi kebiasaan para perantau dari daerah Pesisir, apa bila sampai dirantau orang siperantau akan mencari induk semang atau orang tua angkat, seperti pepatah dibawah ini “ Ditinggalkan orang tua di kampung berusahalah mencari orang tua dirantau orang”.
Sudah pula kebiasaan pada zaman dahulu apabila ada orang yang datang ke rumah kita dan menganggap kita sebagai orang tuanya kebanyakan anak tersebut lama-lama akan menjadi menantu kita, apalagi si perantau tadi tidak sanggup membanyar makan yang dimakan selama tinggal dirumah kita.
Inilah yang terbayang pada istri yang ditinggal pergi oleh suaminya yang pergi merantau. Rasa takut selalu membayangi ke hidupannya sehari hari. Mengapa dalam pantun ini tertulis kalimat KAPUAU PINANG, perlu kami jelaskan bahwa satu-satunya pulau tujuan untuk perantauan adalah Pulau Pinang Malaysia karena pada zaman dahulu pulau tersebut sangat ramai didatangi oleh perantau dengan jalan berlayar dengan pera
Tata Cara Menarikan Tari Payung
Sepasang penari dengan posisi duduk bersimpuh menghadap kepada ke dua pengantin. Setelah suara musik dimulai saat dentuman gendang pertama si penari memberi hormat kepada kedua pengantin (kalau dahulu kepada raja) seraya berdiri diawal pantun penari melangkah kesamping kanan dengan membuat lingkaran dengan langkah dauble steve dengan hitungan delapan.
Pada akhir hitungan atau saat berada pada posisi semula, penari langsung membalas dengan membuat seperti semula tetapi arah ke kiri dengan hitungan yang sama. Diakhir hitungan atau saat berada pada posisi semula, penari melangkahlah maju membuat lingkaran tetapi arah ke depan dengan hitungan delapan. Setelah kembali keposisi semula, penari laki-laki yang memegang payung memindahkan payung dari tangan kanan ke tangan kiri sambil maju setengah pal mendekati pasangannya dengan hitungan delapan seraya tangan kanan dijulurkan ke depan dengan gaya seolah sedang memetik bunga dengan hitungan.
Pada akhir hitungan delapan pasangan laki-laki memutar ke kanan kembali ke tempat semula. Sesampainya di tempat pasangan laki-laki kembali membuat lingkaran ke depan seolah mau memayungi pasangannya dengan hitungan delapan setelah itu pasangan laki-laki kembali ke tempat seraya mengambil posisi berhadapan pasangan laki-laki maju sambil memutar badan seraya memayungi pasangannya yang sedang melentikkan badannya.
Ini tata cara yang dilakukan oleh pasangan laki-laki. Bagi pasangan penari perempuan tidak sama dengan tata cara yang dilakukan oleh pasangan penari laki-laki. Bagaimana tata cara yang dilakukan oleh penari perempuan? Ikuti cara berikut ini :
Saat pasangan laki-laki tadi memutar arah ke kanan, pasangan perempuan melangkah dengan gaya kaki kanan menyilang dan tangan mengibaskan selendang yang dibahunya dengan hitungan empat. Tangannya mengibaskan selendang, memasuki hitungan kelima pasangan perempuan melangkahkan kaki kiri sembari memutar badan mengikuti arah kaki, dengan ditungan yang sama kembali kaki kanan dilangkahkan dengan gaya menyilang dengan hitungan empat.
Pada hitungan kelima kaki tidak lagi dilangkahkan cukup dengan membalikkan badan arah ke kiri dengan hitungan empat. Pada waktu hitungan kelima kembali kaki kanan dilangkahkan kedepan setelah pada hitungan ke lima, kembali kaki kiri dilangkahkan kedepan dengan hitungan empat. Pada hitungan kelima kaki tidak dilangkahkan tetapi cukup dengan membalikkan badan arah kekanan setelah hitungan delapan kembali kaki kiri dilangkahkan dengan hitungan empat.
Tepat pada hitungan kelima, kembali kaki kanan dilangkahkan saat posisi hitungan ke delapan, kaki kanan dilangkahkan tetapi tidak agi gaya menyilang tetapi dengan gaya melangkah biasa dengan hitungan satu saat hitungan dua kaki kiri dilangkahkan seraya membalikkan badan lalu melentikkan tubuh arah ke belakang dengan hitungan tiga dan empat.
Demikianlah seterusnya sehingga posisi berada di tempat pasangannya masing-masing sampai berada pada tempatnya semula.
Nonton Bokep Terbaru Jav
ReplyDeleteNonton Bokep Full HD
Nonton Bokep Indonesia Artis
Nonton Bokep JAV HD
Cewek SMA DiSodokMemek Nya Berdarah
Nonton Bokep
Terbaru
Agen Poker Online No
1
Royalflush88 Agen Poker
Terbaik
Agen Poker Royalflush88
Daftar Disini